Situs ini merupakan situs resmi Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Al-Muttaqiy NW, situs yang menyampaikan informasi tentang kegiatan pontren, sosial kemasyarakatan, kebangsaan, dan keagamaan.

Jumat, 24 Desember 2021

Menggapai Spiritual Agama Ziarah ke Makam Waliyullah

 

Di Negeri ini, terutama di Pulau Lombok, sudah jamak orang-orang melakukan ziarah ke makam ulama semisalnya ziarah ke makam Pahlawan Nasional Almagfurulah Maulana Syekh TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid, Makam Selaparang, Makam Bayan dan makam yang lainnya.

Manfaat Berziarah Ke Makam Wali-Wali Allah. Berziarah ke makam para ulama dan wali-wali Allah di samping akan mendatangkan keberkahan bagi para penziarah juga menyadarkan mereka akan kealiman dan kesolehan orang yang berada di dalam kubur. Begitu mulianya beliau, bahkan sampai dalam keadaan wafatnya pun bisa mengajak banyak orang untuk berdzikir mengingat Allah dan bershalawat kepada Rasulullah SAW.

Telah berapa orang yang menyebut nama ‘Allah’ dan nama ‘Muhammad’ di makam-makam para wali Allah. Bagaimana mereka bisa mengajak begitu banyak manusia menuju Allah, padahal mereka telah wafat, sungguh karomah yang sangat agung.

Pada hari Ahad, 22 Jumadil Awwal 1443 bertepatan dengan tanggal 26 Desember 2021 Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Al-Muttaqiy NW, para santri akan melakukan Ziarah Makam guna untuk menambah spiritual agama yang telah melekat pada jiwa dan raganya. Adapun tempat ziarah yang akan dikunjungi oleh rombongan Ziarah Makam adalah Makam Bayan (Makam Syekh Gauz Abdul Razak).

Selasa, 14 Desember 2021

Apa itu Madrasah Diniyah Takmiliyah !!!

 

Madrasah Diniyah Takmiliyah merupakan salah satu lembaga pendidikan keagamaan Islam diluar pendidikan formal yang diselenggarakan secara terstruktur dan berjenjang sebagai pelengkap pelaksanaan pendidikan keagamaan. Di lembaga pendidikan ini, santrisantri yang belajar pada lembaga pendidikan formal umum ( SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK atau sederajat ) dapat menambah dan memperdalam wawasan pengetahuannya tentang agama Islam. Tapi, lembaga ini tetap terbuka bagi siapapun anak usia pendidikan dasar menengah yang berminat dan beragama Islam, meskipun belum berkesempatan mengikuti pendidikan di lembaga formal.

Madrasah Diniyah Takmiliyah mempunyai 3 (tiga) jenjang tingkatan, yaitu: (a) Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) atau dasar dengan masa belajar 4 (empat) tahun; (b) Madrasah Diniyah Takmiliyah Wusha (MDTW) atau menengah pertama dengan masa belajar 2 (dua) tahun; dan (c) Madrasah Diniyah Takmiliyah Ulya (MDTU) atau menengah dengan masa belajar 2 (dua) tahun.

Pendidikan keagamaan nonformal ini diselenggarakan dan dikelola secara terprogram. Perintisan, pertumbuhan dan perkembangannya dilakukan oleh masyarakat, sehingga ketentuan peraturan yang dibuat oleh Pemerintah harus tetap mengakomodasi berbagai bentuk inovasi dari masyarakat penyelenggara dengan memperhatikan kebutuhan, keunggulan dan kekhasan masing-masing.

Penyelenggaraan Madrasah Diniyah Takmiliyah tidak mengharuskan adanya badan hukum sebagai lembaga pelenggara. Oleh sebab itu, dari segi penyelenggaraannya, Madrasah Diniyah Takmiliyah dapat dikelompokkan kedalam 3 (tiga) jenis, yaitu: a) Madrasah Diniyah Takmiliyah yang diselenggarakan oleh sekumpulan orang dimasyarakat yang berkompeten untuk menjalankan visi dan misi pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah, ataupun oleh badan hukum/yayasan tertentu; b) Madrasah Diniyah Takmiliyah yang diselenggarakan didalam pesantren; c) Madrasah Diniyah Takmiliyah yang diselenggarakan dilingkungan lembaga pendidikan formal, baik SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK atau sederajat. Ketiga jenis Madrasah Diniyah Takmiliyah tersebut mempunyai keleluasaan dalam teknis pelaksanaan pendidikannya dengan tetap berpedoman pada ketentuan dasar yang ditetapkan baik dari segi penjenjangan, kurikulum maupun sistem administrasi dan ketatausahaannya. (Pedoman Penyelenggaraan MDT hlm:8)

Adapun Buku Pedomannya bisa diunduh di bawah ini !

Senin, 06 Desember 2021

Hukum Mempelajari Ilmu Nahwu dan Shoref


 Ilmu Nahwu dan Shorof adalah ilmu Agama islam, jangan diragukan lagi bahwa orang yang mempelajari Ilmu agama adalah bagian dari ibadah kepada Allah .SWT, Allah telah memuji kepada seseorang yang menuntut ilmu dan orang yang berilmu. Allah Ta`ala berfirman :

"Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang berilmu di antara kalian" ( QS. AL-Mujadalah : 11 )  

Ilmu Nahwu yaitu pelajaran yang sangat penting bagi para Santri maupun para pelajar yang ingin mendalami ilmu agama islam, seperti Ilmu tafsir, Ilmu Hadist dan Ilmu lain-lainnya  yang menjadi pendoman umat islam di kalangan Dunia ini. Ilmu Nahwu ini bertujuan untuk memahami tatacara pembacaan bahasa Arab yang baik dan benar. Menurut dalam kitab Alfiyah Ibnu malik bahwasannya ilmu Nahwu adalah ilmu yang membahas beberapa dasar yang diambil dari Qaidahnya orang Arab, untuk bisa mengetahui tingkah akhirnya dari segi i`rab maupun dari segi binanya, sedangkan menurut kitab imrithi Ilmu Nahwu adalah Ilmu yang mengatahuai perubahan Akhir dalam kalimat dari segi i`rabnya maupun segi binanya.

Hukum mempeljari ilmu nahwu adalah Fardhu Kifayah, artinya jika ada seseorang dalam satu tempat tinggal, ada yang mempelajari ilmu nahwu maka gugur atas kewajiban orang-orang yang lainnya karena telah ada yang mewakilkan atas mempelajari Ilmu nahwu, dan sebaliknya jika tidak ada yang mempelajarinya maka berdosa satu tempat tersebut.

Gramatika dalam membelajaran ilmu Nahwu dan Shorof

Metode dalam mempelajari ilmu Nahwu dan Shorof adalah dengan metode Gramatikal. Gramatika dalam bahasa arab disebut Qawa`id, dalam Qawa`id terdapat dua ungsur yang bersangkutan satu sama lain, yakni unsur tersebut adalah Ilmu Nahwu dan Ilmu Shoraf, bisa kita ibaratkan, ilmu Nahwu sebagai bapak dan ilmu Shorof diibaratkan sebagai ibu, dalam keduanya mempunya peran sangat penting bagi seseorang yang ingin mempelajari bahsa Arab. Ilmu Nahwu digunakan dalam bahasa Arab untuk mengetahui syakal ( harakat ), karena dalam bahasa Arab kebanyakan tidak memakai syakal atau yang biasa kita sebut gundul ( tampa Harakat ) Adapun peran ilmu nahwu ini untuk menentukan Syakal tersebut. sedangkan ilmu Shorof digunakan untuk mengubah bentuk-bentuk kata sesuai dengan makna yang dikehendaki.

Dengan demikian ilmu Nahwu dan Sharaf sangatlah penting dipelajari bagi para Santri maupun pelajar yang ingin menguasai bahasa Arab denagan secara baik dan benar, selain itu ilmu nahwu dan Shorof  juga sangat berperan dalam membaca dan menterjemahkan kitab-kitab para ulama terdahulu.

Abu Nawas dan Rumah Sempit

 


Pada suatu hari, ada seorang laki-laki datang ke rumah Abu Nawas. Lelaki itu hendak mengeluh kepadanya mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Dia sedih karena rumahnya terasa sempit ditinggali banyak orang.

"Abu Nawas, aku memiliki seorang istri dan delapan anak, tapi rumahku begitu sempit. Setiap hari, mereka mengeluh dan merasa tak nyaman tinggal di rumah. Kami ingin pindah dari rumah tersebut, tapi tidak mempunyai uang. Tolonglah katakan padaku apa yang harus kulakukan," kata lelaki itu.

Mendengar hal itu, Abu Nawas kemudian berpikir sejak. Tak berapa lama, sebuah ide terlintas di kepalanya.

"Kamu mempunyai domba di rumah?" tanya Abu Nawas padanya.

"Aku tak menaiki domba, jadi aku tak memilikinya," jawabnya.

Setelah mendengar jawabannya, dia meminta lelaki tersebut untuk membeli sebuah domba dan menyuruhnya untuk menaruh di rumah. Pria itu kemudian menuruti usul Abu Nawas dan kemudian pergi membeli seekor domba.

Keesokan harinya, dia datang lagi ke rumah Abu Nawas. "Bagaimana ini? Setelah aku mengikuti usulmu, nyatanya rumahku menjadi tambah sempit dan berantakan," keluhnya.

"Kalau begitu, cobalah beli dua ekor domba lagi dan peliharalah di dalam rumahmu," jawab Abu Nawas.

Kemudian, pria itu bergegas pergi ke pasar dan membeli dua ekor domba lagi. Namun, bukannya seperti yang diharapkan, rumahnya justru semakin terasa sempit.

Dengan perasaan jengkel, dia pergi ke rumah Abu Nawas untuk mengadu yang ketiga kalinya. Dia menceritakan semua apa yang terjadi, termasuk mengenai istrinya yang menjadi sering marah-marah karena domba tersebut.

Akhirnya, Abu Nawas menyarankannya untuk menjual semua domba yang dimiliki.

Keesokan harinya, kedua orang tersebut bertemu kembali. Abu Nawas kemudian bertanya, "Bagaimana keadaan rumahmu sekarang, apakah sudah lebih lega?"

"Setelah aku menjual domba-domba tersebut, rumahku menjadi nyaman untuk ditinggali. Istriku pun tidak lagi marah-marah," jawab pria tersebut sambil tersenyum.

Akhirnya, Abu Nawas dapat menyelesaikan masalah pria dan rumah sempitnya itu.

Contoh Qira'ah Santri PPS Ulya Al-Muttaqiy NW Kelas X IPS


أنا جنة العين، أنا طالبة من طالبات الصف العاشر من معهد السلفية العليا المتقي نهضة الوطن. عنوان المعهد قرية سنتوغ الشرقية منطقة لومبوك الشمالية . بيتي قريب عن المعهد. عندي صديقات طيبات اسمها زيادة الخير و روهمي اندراوتي و وغيرها. في المعهد انا اتعلم العلوم الشرعية والعلوم العمومية والعلوم الشرعية هي علم النحو وعلم الصرف وعلم الفقه وعلم التفسير وعلم الحديث وعلم أصول التفسير وعلم أصول الفقه وعلم التصوف وعلم التجويد وغيرها و العلوم العمومية هي علم التربية الوطنية وعلم اللغة الاندونيسية وعلم الرياضيات وعلم الجغرافيا وغيرها والعلم الذي احبي هو علم النحو والصرف لأنهما يوصلان علي فهم القران والحديث. وتلك العلوم تنفع علي في الدنيا والاخرة.

Informasi Pembagian Raport dan Libur Semester Ganjil TD. 2021/2022

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Diinformasikan kepada seluruh santri PPS Ulya Al-Muttaqiy NW untuk pembagian raport insya Allah dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Desember 2021 Pukul : 08.00 s.d selesai. Persyaratan pengambilan raport adalah melunasi uang Syahriah/SPP sampai Bulan Desember 2021 (Rp. 15.000/bulan). 

Adapun untuk libur semester dimulai dari tanggal 19 Desember 2021 s.d 1 Januari 2022.

Demikian informasi yang kami sampaikan.

Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Cara Menyusun Nomor Induk Santri Pondok pesantren

 


Cara menyusun nomor induk bagi santri pondok pesantren berdasarkan peraturan Kementerian Agama. Nomor Induk Santri diterbitkan untuk keperluan bagi pondok pesantren guna identifikasi dan klasifikasi anak didik pada ponpes atau pontren. Umumnya dibuat berdasarkan tahun masuk dan urutan siswa entah berdasarkan pendaftaran masuk ataupun diurutkan sesuai alphabeth absensi.

Pedoman Penyusunan Nomor Induk Santri Pondok Pesantren

Terkait tentang penyusunan nomor ini, Kementerian Agama sebagai instansi yang menaungi pondok pesantren telah membuat regulasi penyusunan lembaga pendidikan keagamaan Islam. Adapun aturan tersebut tertuang dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam nomor DJ.I/456.A/2008 tentang Panduan Penyusunan Nomor Statistik Lembaga Pendidikan Islam.

Selanjutnya dalam hal pembuatan nomor Induk bagi santri maka akan sangat terkait erat dengan adanya SK Dirjen Pendis ini. Hal ini terjadi karena dalam komponen penyusunan nomor Induk Santri Ponpes terdapat unsur nomor statistik pondok pesantren tersebut.

Komponen Penyusunan Nomor Induk Santri Ponpes

Secara umum, ada 3 (tiga) komponen umum yang dipergunakan untuk menyusun nomor induk. Adapun ketiga komponen dimaksud yaitu :

  1. Nomor Statistik Pondok Pesantren
  2. Tahun masuk santri
  3. Nomor Urut santri

Dari ketiga komponen tersebut disatukan sehingga memunculkan nomor unik bagi masing masing siswa didik di ponpes. Jika penyusunan dilakukan dengan benar maka tidak ada satu pun nomor Induk se Indonesia yang sama antara santri satu dengan santri yang lain.

Cara Menyusun Nomor Induk Santri Pondok pesantren

Berikut adalah cara untuk membuat nomor Induk bagi siswa yang belajar pada pondok pesantren. Prinsipnya pembuatan nomor ini termasuk mudah akan tetapi jangan ceroboh dalam menyusunnya.

Hal yang patut diketahui bahwa nomor Induk santri berdasarkan aturan Kemenag terdiri dari 18 (delapan belas) digit. Delapan belas deret angka tersebut berfungsi sebagai kode unik suatu siswa berasal dari lembaga pendidikan apa, provinsi mana, kabupaten apa, urutan pendaftaran yang keberapa, masuk tahun berapa dan urutan santri.

Seperti disampaikan diatas, nomor induk ini merupakan kombinasi dari nomor statistik pondok pesantren + tahun masuk santri + nomor urut santri. Keterangannya adalah 12 digit no statistik ponpes + 2 digit tahun masuk + 4 digit nomor urut santri.

Langkah pertama yang dilakukan adalah mengetahui 12 digit nomor statistik pondok pesantren. Jika belum memiliki maka diperlukan pengajuan izin operasional pondok pesantren untuk mendapatkan izin sekaligus nomor statistik.

ang kedua yaitu identifikasi santri masuk pada tahun berapa, diambil 2 angka belakang tahun. Misalnya santri masuk 2018, maka diambil angka 18 untuk mengisi 2 digit pada kolom ke 13 dan 14 nomor induk.

Selanjutnya komponen terakhir atau ke-3 yaitu 4 digit nomor urut santri masuk tahun pelajaran, dimulai dengan 0001 – jumlah santri. Untuk mempermudah memahami silakan dilihat gambar dibawah ini :

susunan nomor induk santri pondok pesantren

Contoh Menyusun nomor Induk Santri :

Di Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah, ada sebuah pondok pesantren (sebut saja Ponpes Daarul Mubtadi-ien) yang memiliki nomor statistik 510333130005. Ada enam orang santri yang belajar pada pondok tersebut. Keenamnya masuk ke pesantren dengan berbeda beda tahun. Adapun perincian mendaftar adalah sebagai berikut :

Irfa’i & Uripah masuk tahun 2017
Agus Junaidi dan Riva Susanty tahun 2018
Akhsan dan Rodhiyah tahun 2019

Untuk santri putra mendaftar urutan 1 dan yang putri urutan 2.

Sesuai rumusan, bahwasanya pembuatan nomor induk yaitu 12 digit nomor statistik + 2 digit tahun masuk + 4 digit nomor urut.

Dengan begitu maka nomor induk untuk para santri diatas adalah :

Irfa’i 510333130005170001 (510333130005 adalah no statistik ponpes, 17 tahun masuk, 0001 urutan masuk)
Uripah 510333130005170002 (510333130005 adalah no statistik ponpes, 17 tahun masuk, 0002 urutan masuk)

Agus Junaedi 510333130005180001 (510333130005 adalah no statistik ponpes, 18 tahun masuk, 0001 urutan masuk)
Riva Susanty 510333130005180002 (510333130005 adalah no statistik ponpes, 18 tahun masuk, 0002 urutan masuk)

Akhsan 510333130005190001 (510333130005 adalah no statistik ponpes, 19 tahun masuk, 0001 urutan masuk)
Ridhiyah 510333130005190001 (510333130005 adalah no statistik ponpes, 19 tahun masuk, 0002 urutan masuk)

Untuk nomor induk santri selanjutnya tinggal diurutkan sesuai dengan rumusan yang telah ada.

Penutup

Jika pondok pesantren belum mendapatkan izin operasional, lembaga bisa menyusun nomor induk santri dengan membuat enam digit nomor induk. Enam digit tersebut terdiri dari dari 2 digit tahun masuk dan empat digit nomor urut santri.

Dengan begitu pada saat nanti pondok pesantren mendapatkan nomor statistik maka akan memudahkan dalam entry data emis di lingkungan pesantren. Demikian semoga bermanfaat.

Metode Pengajaran Pada Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Al-Muttaqiy NW

 

Metode pembelajaran yang diterapkan dalam Pondok Pesantren Salafiyah (PPS) Ulya Al-Muttaqiy NW adalah dengan 2 metode yaitu: metode klasikal dan metode sorogan. Kedua metode tersebut sudah sangat populer di kalangan pesantren, terutama yang masih menggunakan kitab kuning sebagai sarana pembelajaran utama.

1. Metode Klasikal

Metode ini tidak jauh berbeda dengan Madrasah ataupun Sekolah pada umumnya. Metode ini merupakan metode di mana seorang ustadz atau kiai mengajar atau mentransfer ilmu di kelas-kelas yang setiap kelasnya terdapat beberapa santri, ustadz membaca kitab yang dikaji sedangkan santri menyimak, mendengarkan dan memberikan makna pada kitab tersebut.

2. Metode Sorogan

Secara bahasa, sorogan berasal dari kata Jawa sorog, yang artinya menyodorkan. Dengan metode ini, berarti santri dapat menyodorkan materi yang ingin dipelajarinya sehingga mendapatkan bimbingan secara individual atau secara khusus.

Itulalah 2 metode yang sering diterapkan di dalam Pondok Pesantren Salafiyah (PPS) Ulya Al-Muttaqiy NW   

Dasar Hukum Penyelenggaraan Pesantren

 


Berikut undang undang ataupun peraturan sebagai dasar hukum dalam menyelenggarakan pondok pesantren di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

  1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945;
  2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301).
  3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4769).
  4. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 822) .
  5. Peraturan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 2014 tentang Satuan Pendidikan Muadalah pada Pondok Pesantren (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 972).
  6. Peraturan Menteri Agama Nomor 71 Tahun 2015 tentang Ma’had Aly (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1761).

Dasar hukum diatas diambil atau dikutip dari juknis izin operasional pondok pesantren SK Dirjen Pendis nomor 3408 Tahun 2018.

Minggu, 05 Desember 2021

BIOGRAFI MUSHANNIF KITAB MATAN JURRUMIYYAH




Nama dan Nisbah Beliau

Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Dawud Ash-Shinhaji (Kadang disebut Ash-Shonhaji), yang dikenal dengan nama Ibnu Ajurum. Nisbah beliau Ash Shinhaji, merupakan nisbah kepada qabilah Shinhaji di daerah Maghrib. Beliau dikenal dengan nama Ibnu Ajurum. Ajurum artinya orang yang fakir dan seorang shufi.

 

Kelahiran Beliau

Ibnu Ajurum dilahirkan di kota Fas, sebuah daerah yang besar di Negeri Maghrib pada tahun 672 H. pada tahun ini pula seorang pakar nahwu yang terkenal yaitu pengarang kitab Alfiyah yang bernama Ibnu Malik rahimahullah-meninggal dunia.

 

Wafat Beliau

Ibnu Ajurum rahimahullah wafat di Kota Fas pada hari senin, tanggal 10 Safar 723.

 

Perjalanan Beliau Menimba Ilmu

Awalnya, Ibnu Ajurum belajar di kota Fas, kemudian beliau berangkat haji ke kota Makkah. lketika melewati Kairo, beliau belajar nahwu kepada Abu Hayyan, salah seorang pakar nahwu negeri Andalusia, penyusun Kitab Al-Bahrul Muhith, sampai beliau mendapatkan ijazah (rekomendasi) dari Abu Hayyan..

 

Penyusunan Matan Al-Ajurumiyah

Ibnu Ajurum menyusun matan Al-Ajurumiyah pada tahun 719 H, empat tahun sebelum wafat. Ibnu Maktum yang sezaman dengan Ibnu Ajurum-setelah memuji Ibnu Ajurum-menyebutkan di dalam Tadzkirahnya bahwa pada saat dia menulis tadzkirah tersebut, Ibnu Ajurum masih hidup.

Ar Ra'i dan Ibnu Haj menyebutkan bahwa Ibnu Ajurum menulis kitab ini di hadapan Ka'bah, dan ditambahkan oleh Al-Hamidi bahwa setelah menulis kitab ini, Ibnu Ajurum membuang kitabnya ke laut sambil berkata "Kalau memang kitab ini kutulis ikhlas karena Allah, maka niscaya kitab ini tidak akan basah". Ternyata kitab Al-Ajurum yang beliau tulis tidak basah. Sehingga walaupun kitab ini tipis dan ditujukan bagi pemula, namun karya tulis beliau diterima oleh semua kalangan.

 

Madzhab Ibnu Ajurum dalam Penyusunan

Dalam penyusunan kitab ini, Ibnu Ajurum mengikuti madzhab Kufah. Di antara bukti-buktinya adalah:

1.       Beliau menyebutkan kasrah atau yang menggantikan dengan khafad (خفض). Adapun pengikut madzhab Basrah menyebutkan dengan jar (جر).

2.       Beliau berpendapat bahwa fiil amr itu dijamz-kan. Ini adalah pendapat madzhab Kufah. Adapun ahlu Bashrah berpendapat bahwa fi'il amr itu mabni ala sukun.

3.       Beliau menganggap kaifama (كيفما) termasuk jawazim (alat menjazmkan fi'il mudhari') sebagaimana Ahlu Kufah. Adapun Ahlu Bashrah menolak kaifama sebagai jawazim.

4.       Ibnu Ajurum menyatakan bahwa di antara tanda isim adalah menerima alif dan lam (الالف واللام). Ini adalah pendapat ulama nahwu Kufah. Adapun ahlu Bashrah menggunakan istilah al (ال).

5.       Beliau menyebutkan istilah asmaul khomsah (الاسماء الخمسة) yang terdiri dari

ذو مال

فوك

حموك

أخوك

أبوك

Adapun ahli nahwu Bashrah menyebutkan dengan (الاسماء الستة) dengan menyebutkan هنوك.

Ini sebagian bukti yang menunjukkan bahwa Ibnu Ajurum menganut madzhab Kufah.

 

Beberapa Syarah (Penjelasan) terhadap kitab Al Ajurum

Ada banyak ulama yang mensyarahkan kitab Al Ajurumiyah baik dari kalangan ulama terdahulu maupun ulama di masa kita. Di antara ulama terdahulu adalah Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad Al Maliki yang dikenal dengan Ar Ra'i (wafat 853 H).

Adapun syarah yang ditulis ulama di masa belakangan ini antara lain:

1.       (المقدمة الاجرومية بشرح التحفة السنية) karya Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid

2.       (شرح المقدمة الاجرومية) karya Syekh Muhammad bin Shalih al Utsimin.

TIPS DAN TRIK MENGHINDARI PENYAKIT MATA

 


 

Berikut ini adalah beberapa tips untuk menghindari penyakit mata:
  1. Sering melihat pemandangan hijau. 
  2. Banyak mengonsumsi wortel maupun sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin A. 
  3. Jangan membaca sambil tiduran maupun di tempat yang pencahayaannya kurang memadai. 
  4. Bercelak. Dalam suatu riwayat di dalam kitab Fath al Jawad karangan Imam Syihabuddin, bahwa ada seorang ratu yang memilki pandangan yang tajam sebab sering menggunakan celak. 
  5. Membaca lafadz مَرْحَبًا بِحَبِيْبِيْ وَقُرَّةِ عَيْنِيْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tiap kali kita mendengar adzan dikumandangkan sampai pada lafadz أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
  6. Di dalam kitab Hasiyah al Bajuri karya Imam Bajuri terdapat keterangan yang berisi sebagai berikut: Barang siapa menghafalkan dua bait ini Insya Allah ia tidak akan terkena belek (penyakit mata) untuk selamanya. Inilah baitnya: 
يَا نَاظِرَيَّ بِيَعْقُوْبَ أَعِيْذُ كُمَا # بِمَا اسْتَعَاذَ بِهِ إِذْ مَسَّهُ الْكَمَدُ
قَمِيْصُ يُوْسُفَ إِذْ جَاءُ الْبَشِيْرُ بِهِ # بِحَقِّ يَعْقُوْبَ اذْهَبْ أَيُّهَا الرَّمَدُ

Satu hal yang perlu diingat, semua itu berasal dari Allah Ta'ala. Oleh karena itu kita juga harus berdo'a padaNya, semua cara di atas hanya sebagai ikhtiar kita agar terhindar dari penyakit mata. Wallahu A'lam.

Skema Matan Jurrumiyyah (Bab Ma'rifat)

 


Nadzom Santri Al-Muttaqiy Versi Bhs. Indonesia Karya Ust. M. Hamdan Qosim, QH., S.Pd

 


Kami ini santri-santri Almuttaqiy

Kami senang mengaji setiap hari

Selalu belajar dan tak kenal henti

Untuk meraih keridhoan ilahi

 

Dirosah kami nahwu sharef dan fiqih

Tauhid hadits tafsir dan juga usul fiqh

Tekun belajar tak pernah kenal lelah

Jadi anak sholeh dan juga sholehah

 

Moga Almuttaqiy jaya selamanya

Diberkahi Allah yang Maha Mulia

Mari istiqomah mengaji bersama

Untuk meraih cita-cita mulia

 

Tidak lupa juga untuk para guruku

Ku do’akan moga semua sehat selalu

Panjang umur dan diberkahi selalu

Kaulah pahlawanku setiap langkahku

 

Akhir kata mari ucapkan semua

dengan serentak juga riang gembira

lafaz alhamdulillahpenutupnya

moga nadzom ini manfaat semua

Ringkasan Definisi Kitab Matan Jurrumiyyah (oleh : Ust. M. Hamdan Qosim, QH., S.Pd)

 

 

1.    Kalam adalah lafadz yang tersusun lagi memberikan faedah dengan menggunakan bahasa Arab.

Kalimat dibagi menjadi 3 yaitu: 1) isim (kata benda), 2)fi’il (kata kerja),dan 3)huruf (kata penghubung).

Tanda Isim itu ada 4 yaitu: baris bawah, tanwin, masuk al, dan masuk huruf jar.

Huruf Jar ada 9 yaitu: min, ila, an, ala, fi, rubba, ba’, kaf, lam.

Fungsi Huruf Jar adalah membaris bawahkan akhir kalimat isim.

Tanda Fi’il itu ada 4 macam yaitu: 1) Masuk qad, 2) Masuk sin, 3) Masuk saufa, 4) Masuk ta’ ta’nis yang mati.

2.       I’rab adalah perubahan akhir kalimat karena berbeda-beda amil yang masuk atasnya baik secara lafadz ataupun secara perkiraan.

I’rab dibagi menjadi 4 yaitu: rafa’(baris dapan), nashab(baris atas), khafad(baris bawah), jazem(baris mati).

I’rab yang diambil oleh isim ada 3 yaitu: rafa’, nashab, dan khafad.

I’rab yang diambil oleh fi’il ada 3 yaitu: rafa’ nashab, dan jazem.

 

TANDA-TANDA PERUBAHAN

Tanda Rafa’ ada 4 macam yaitu: 1) Dhammah, 2) Wawu, 3) Alif, 4) Nun .

Tanda Nashab ada 5 macam yaitu: 1) Fathah, 2) Alif, 3) Kasrah, 4) Ya’, 5) Hazfun nun.

Tanda Khafad ada 3 macam yaitu: 1) Kasrah, 2) Ya’, 3) Fathah

Tanda Jazem ada 2 macam yaitu: 1) Sukun, 2) Membuang.

3.       Isim Mufradadalah isim yang menunjukkan arti satu.

4.       Isim Tasniyah adalah isim yang menunjukkan arti dua.

5.       Jamak Taksir adalah jamak yang terpecah dari asal mufradnya.

6.       Jamak Mudzakkaris salim adalah jamak yang menunjukkan arti banyak laki-laki.

7.       Jamak Muatnnasis salim adalah jamak yang menunjukkan arti banyak perempuan.

8.       Fa’il adalah isim yang berbaris dapan yang terletak setelah fi’il ma’lum.

Fa’il dibagi menjadi 2 macam yaitu: 1) Zhohir, dan 2) Dhomir.

Dhomir dibagi menjadi 12 macam yaitu:

ضَربْتُ وَضَرَبْنَا وَضَرَبْتَ وَضَرَبْتِ وَضَربْتُمَا وَضَرَبْتُمْ وَضَرَبْتُنَّ وَضَرَبَ وَضَرَبَتْ وَضَرَبَا وَضَرَبُوا وَضَرَبْنَ.

9.       Naibul Fa’il adalah isim yang berbaris dapan yang terletak setelah fi’il majhul.

Naibul Fa’il dibagi menjadi 2 macam yaitu: 1) Zhohir, dan 2) Dhomir.

Dhomir dibagi menjadi 12 yaitu:

ضُرِبْتُ وَضُرِبْنَا وَضُرِبْتَ وَضُرِبْتِ وَضُرِبْتُمَا وَضُرِبْتُمْ وَضُرِبْتُنَّ وَضُرِبَ وَضُرِبَتْ وَضُرِبَا وَضُرِبُوا وَضُرِبْنَ.

 

10.    Mubtada’ adalah isim yang berbaris dapan yang sunyi dari pada amil lafadz.

Mubtada dibagi menjadi 2 macam yaitu: 1) Zhohir, dan 2) Dhomir.

Dhomir dibagi menjadi 12 yaitu:

أَنَا وَنَحْنُ وَأَنْتَ وَأَنْتِ وَأَنْتُمَا وَأَنْتُمْ وَأَنْتُنَّ وَهُوَ وَهِيَ وَهُمَا وَهُمْ وَهُنَّ

11.    Khabar adalah isim yang berbaris dapan yang disandarkan kepada mubtada’.

Khabar dibagi menjadi 2 macam yaitu: 1) Mufrad dan 2) Gairu Mufrad

Gairu Mufrad dibagi menjadi 4 macam yaitu: 1) Jar Majrur, 2) Zharef, 3) Fi’il bersama fa’ilnya, 4) Mubtada’ bersama khabarnya.

12.    Na’at adalah isim yang mengikut kepada man’utnyapada rafa’nya, nashabnya, khafadnya, kemakrifatannya, dan kenakirahannya.

13.    Taukid adalah isim yang mengikut kepada muakkadnyapada rafa’nya, nashabnya, khafadnya, dan kemakrifatannya.

14.    Maf’ul bih adalah isim yang berbaris atas tempat jatuhnya pekerjaan.

Maf’ul bih dibagi menjadi 2 macam yaitu: 1) Zhohir, dan 2) Dhomir

Dhomir dibagi menjadi 2 macam yaitu: 1) Muttasil, dan 2) Munfasil

Muttasil dibagi menjadi 12 macam yaitu:

ضَرَبَنِي وَضَرَبَنا وَضَرَبَكَ وضَرَبَكِ وَضَرَبَكُمَا وَضَرَبَكُمْ وَضَرَبَكُنَّ وَضَرَبَهُ وَضَرَبَهَا وَضَرَبَهُمَا وَضَرَبَهُمْ وَضَرَبَهُنَّ

Munfasil dibagi menjadi 12 macam yaitu:

إيَّايَ وَإيَّانَا وَإيَّاكَ وَإيَّاكِ وَإيَّاكُمَا وَإيَّاكُمْ وَإيَّاكُنَّ وَإيَّاهُ وَإيَّاهَا وَإيَّاهُمَا وَإيَّاهُمْ وَإيَّاهُنَّ

15.    Masdar adalah isim yang berbaris atas yang datang pada urutan ketiga pada tasrifan fi’il.

16.    Zharef Zaman adalah isim zaman (isim yang bermakna waktu) yang berbaris atas yang mengira-ngirakan arti fi.

17.    Zharef Makan adalah isim makan (isim yang bermakna tempat) yang berbaris atas yang mengira-ngirakan arti fi.

18.    Haladalah isim yang berbaris atas yang menjelaskan keadaan bagi sesuatu yang masih samar.

Syarat Hal

- Hal harus berupa isim nakirah. - Hal harus terletak setelah sempurna kalimat.

- Sohibul Hal (Pemilik Hal) harus berupa isim makrifat.

19.    Tamyizadalah isim yang berbaris atas menjelaskan zat bagi sesuatu yang masih samar.

Syarat Tamyiz

- Tamyiz harus berupa isim nakirah. - Tamyiz harus terletak setelah sempurna kalimat.

20.    Maf’ul min ajlih adalah isim yang berbaris atas yang disebutkan guna menjelaskan kepada sebab terjadinya suatu pekerjaan.

21.    Maf’ul Ma’ah adalah isim yang berbaris atas yang disebutkan untuk menjelaskan orang yang bersamaan dengan pekerjaan yang dilakukan.

22.    Susunan mudhaf dan mudhaf ilaih disebut idhafat.

Postingan Populer